Merdeka dari “Penjajahan Daging”
Oleh : Hendraven
Manihuruk.
Kali
ini saya akan membahas tentang merdeka dari “penjajahan daging”, bukan berarti
karena harga daging yang semakin melambung tinggi dipasaran, namun merdeka dari
“penjajahan daging” merupakan sebuah renungan yang tepat ditengah suasana hiruk
pikuk perayaan kemerdekaan RI yang ke 70. Berikut pencerahan dari beliau:
17 Agustus 1945,
70 tahun yang lalu Sukarno-Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan RI.
Pembacaan naskah tersebut hendak menyampaikan kepada dunia, bahwa Indonesia
telah menjadi sebuah Negara yang merdeka, berdaulat dan bebas dari penjajah. Cita
cita proklamasi 17 Agustus 1945 ialah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur. Namun apakah setelah 17 agustus 1945 kita benar benar menjadi
sebuah Negara yang merdeka? Apakah cita cita proklamasi sudah terwujud? Sukarno
pernah berkata bahwa kemerdekaan itu ialah jembatan emas. Di seberang jembatan
emas itu terpecah menjadi dua jalan, satu ke dunia sama ratap sama tangis, dan
satu lagi menuju dunia sama rata sama rasa. Kini, 70 tahun berlalu penjajahan
secara fisik memang sudah hampir tidak ada. Namun penjajahan dalam bentuk
ekonomi, politik, sosial dan budaya justru semakin kuat. Kerusakan moral,
korupsi yang merajalela, penguasaan kekayaan alam Indonesia oleh segelintir
orang asing, dan semakin terkikisnya budaya asli kita, menunjukkan bahwa
penjajahan itu masih ada, namun dalam bentuk yang lain. Artinya meskipun 17 Agustus 1945 kita telah memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka, namun
penjajah masih akan tetap berusaha menguasai kita, meskipun dalam bentuk yang
lain dan nyaris tidak kita sadari.
Demikian pula
dengan kehidupan rohani kita. 2000 tahun lalu, Yesus telah menebus dosa kita,
dan “memproklamasikan” kemerdekaan kita dari penjajah yang bernama dosa
(Galatia 5:1). Kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus merupakan suatu
rangkaian “proklamasi” kemerdekaan dari dosa. Namun setelah proklamasi
kemerdekaan dari dosa tersebut, apakah iblis hanya diam saja? Tentu tidak.
Iblis tidak akan tinggal diam. Dia pasti akan mencari celah lagi, untuk kembali
menjajah kita dengan kehidupan daging. Apa itu kehidupan daging, menurut
Galatia 5:19-21, perbuatan daging ialah percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan
diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan dan pesta pora.
Dan tentu saja, kedagingan ini bertentangan dengan hidup menurut roh.
Bagaimana cara
kita melawan usaha iblis untuk kembali menjajah kita? Didalam efesus 6 :10-20,
dijelaskan panjang lebar tentang perlengkapan senjata rohani kita untuk melawan
tipu daya iblis. Apa saja itu? ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan,
kaki berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera, perisai
iman, ketopong keselamatan, dan pedang roh yaitu firman Allah (efesus
6:14-18). Itulah senjata rohani kita
untuk mempertahankan kemerdekaan rohani kita dari “penjajahan daging”.
Tentu kita tidak
ingin menyia nyiakan pengorbanan dan kematian Yesus di kayu salib. Jangan
sampai penjajah itu datang dan merebut kembali kemerdekaan kita. Jangan biarkan
iblis berkuasa didalam diri kita, dan kita hidup didalam kedagingan. Kenakanlah
senjata rohani, hidup menurut roh dan mari kita pertahankan kemerdekaan kita
dari “penjajahan daging”..!!
Merdeka…!!!! (Redaksi GKPS Surabaya/Hendraven S)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar